Tuesday, 17 July 2012

[NUKILAN] 24 Jam (bahagian kedua)

"Alah....macam mana ni??? Dah lari pula mamat ni...aduhai..."

Kusut pula fikiran Mira, padahal di sebelahnya barang-barang Luqman masih ada. Kehilangan Luqman dari hadapan mata telah membuatkan dirinya tak terlihat keadaan sekeliling. 

Lima belas minit berlalu begitu sahaja. Mira yang kebingungan mencemik seorang diri di kelas. Terpanggil juga dia untuk pulang ke rumah sehingga dia tersedar bahawa rumahnya di Kuala Lumpur, bukan di Perak. 

"Huwaaa? Tak boleh balik rumah pun! Arghhh!!!"

Kuat pula dia merengek. Ah, peduli apa. Bukan ada orang pun. Umurnya yang menginjak 21 tahun pun tidak menghalangnya untuk masih berperangai kebudak-budakkan. 

Luqman berdiri di belakang pintu kelas. Peluh sejuk terbit di dahi apabila terdengar rintihan Mira. Mira...dia masih berada di situ? Oh ya, tidak boleh pulang ke rumah kan? Luqman mengintai dari sudut tingkap. Terlihatlah dia Mira yang sedang duduk memandang ke mejanya yang ditinggalkan dengan beberapa buku dan beg sekolahnya yang tersandar di kerusi. Mesyuarat persatuannya telah tamat. Sekarang dia berdepan masalah untuk mengambil beg dan buku-bukunya di dalam kelas. Masalah apa? Masalahnya ialah dia terlalu pemalu! 

"Sampai bila aku nak tunggu Mira ni pergi? Dia tunggu aku ke apa ni?"

Huh?

Luqman tersentak sendiri. Mana pernah dia terfikir ada perempuan yang menunggu dirinya. Dah lah nerd, tak style dan kaki study. Fikirannya menerawang sehingga dia tersenyum sendirian. Cermin mata longgarnya yang hampir jatuh ke batang hidung dibetulkan letak duduknya. Dia menggaru kepala yang tidak gatal. Budak lelaki kalau berkhayal memang begitu. Haih.

"Luqman, awak dah habis meeting? Barang-barang awak ada kat dalam ni, kenapa awak tinggalkan tadi? Saya jagakan, takut hilang :)"

Luqman terperanjat beruk. Lamunannya terus mati. 
Mira sedang menjenguk dari belakang pintu kelas tempat dia berdiri. Malunya Luqman bukan main. Agaknya dah lama dia diperhatikan.

"Aaa...habis dah...terima kasih..."
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

"Mana aku nak sorok Mira ni? Kalau orang ingat budak ni pengsan ke mati ke habislah aku."

Lisa mundar-mandir sambil terjengah-jengah ke sekitar Muzium. Mira yang tidak sedarkan diri ada di sudut itu, yang sedang dikawal oleh Lisa agar tiada siapa yang nampak. Jangka masa 2 jam dirasakannya begitu lama. Sekarang baru 30 minit berlalu. 

Dia sendiri tidak mengerti mengapa jasad Mira terbiar di situ sedangkan rohnya telah meninggalkan tubuh. Kata nak berjumpa Luqman tingkatan 5? Takkan kalau tidak berjasad dia boleh bertemu dan berinteraksi dengan manusia lain? Kusut Lisa memikirkan. Apa yang dia tahu ialah dia mahukan jangka masa baki selama 1 setengah jam itu cepat berlalu.

"Bodoh betul Mira memperjudikan nyawa begitu sahaja. Cinta konon." 

Begitulah getus hati Lisa. Menyesal juga dia bercerita tentang jin ajaib itu. Dia tidak menyangka rakannya menggilakan Luqman sebegitu sekali.  
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Jam menunjukkan pukul 4:45 petang. Sudah lebih 6 jam Mira berada di Sekolah Sri Aman. Ada lebih kurang 18 jam yang berbaki untuk dirinya mendapatkan hati Luqman. Sudahlah dia tidak ada pengalaman bercinta, apalagi untuk memikat lelaki. Khuatir pula apa yang dilakukannya akan merimaskan jejaka idamannya itu. 

"Makcik, sirap limau 2, karipap singgit."

"Lewatnya...tak balik lagi ke? Tugas ya?"

"Em...belajar makcik, dah nak SPM ni, hehehe."

"Cis, menipu je aku ni. Bukan aku yang belajarnya pun. Haih, tak mengapalah, tengok si Luqman belajar pun kira aku belajar jugalah kan? Hikhik." 

Mira bermonolog dalaman sambil menjinjit dua bungkus sirap limau dan karipap ke kelas. Tak sabar rasanya nak jadi si ambil berat yang menyediakan makanan dan menjadi teman belajar. 

Langit mendung. Kelihatannya seperti hujan akan turun. Pelajar-pelajar yang aktif dengan kokurikulum sekolah masih ada yang berlatih mengikut persatuan masing-masing. Tetapi tidaklah ramai sangat. Ada juga yang beransur pulang, semakin bimbang dengan guruh yang berdentuman di langit.

"Kalaulah hujan lebat gila, mesti seronok kan? Lagi-lagi kalau terperangkap kat sekolah. Bolehlah study sampai malam!" Itu sajalah yang menerjah fikirannya. Setibanya di kelas...Luqman sudah tiada!

bersambung...



No comments:

Post a Comment